laporan genetika dasar keanekaragaman hayati
laporan genetika dasar keanekaragaman hayati
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menyelamatkan keanekaragaman hayati berarti mengambil langkah untuk melindungi gen, species, habitat atau ekosistem. Oleh sebab itu menyelamatkan keanekaragaman hayati berarti pula mencegah merosotnya ekosistem alam yang utama dan mengelola serta melindunginya secara efektif. Disadari atau tidak bahwa keanekaragaman hayati (flora, fauna, jasad renik/mikro- organisme) adalah pusat dari semua sektor yang penting bagi kehidupan manusia (bioprospecting). Data IBSAP (2003) memperkirakan terdapat 38.000 jenis tumbuhan (55% endemik) di Indonesia, sedangkan untuk keanekaragaman hewan bertulang belakang, di antaranya 515 jenis hewan menyusui (39% endemik), 511 jenis reptilia (30% endemik), 1531 jenis burung (20% endemik), dan 270 jenis amphibi (40% endemik). Tingginya keanekaragaman hayati dan tingkat endemisme itu tadi menempatkan Indonesia sebagai laboratorium alam yang sangat unik untuk tumbuhan tropik dengan berbagai fenomenanya.( Eko B. Walujo,2011).
Keanekaragaman merupakan ungkapan terdapatnya beranekaragam bentuk, penampilan, densitas dan sifat yang nampak pada berbagai tingkatan organisasi kehidupan seperti ekosistem, jenis, dan genetik. Nilai keanekaragaman ditentukan dengan menggunakan angka indeks (Mangoendidjojo, 2009)
Keanekaragaman hayati merupakan pernyataan mengenai berbagai macam (variasi) bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang terdapat pada berbagai tingkatan makhluk hidup. Menurut UU No. 5 tahun 1994, keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan) lainnya, serta komplek-komplek Ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem. Berdasarkan definisi dari undang-undang tersebut, keanekaragaman hayati terdiri atas tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.(Aslam ,2015)
Padi unggul lokal asal Kabupaten Klaten dengan nama padi Rojolele telah dirilis oleh Departemen Pertanian pada tahun 2003. Padi tersebut merupakan salah satu padi asal Indonesia yang digunakan sebagai induk persilangan program penelitian IRRI. Hasil observasi ditemukan adanya variasi morfologi padi Rojolele yang berkembang di Kabupaten Klaten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi padi Rojolele di Kabupaten Klaten. Populasi padi yang diuji meliputi padi varietas Rojolele yang berasal desa Gledeg, Karangan, Kadilajo, Mrisen, Taji dan Trasan. Benih ke-enam padi tersebut dibudidayakan di desa Karangan Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten. Pendekatan yang digunakan meliputi morfologi biji dan pola pita isozim. Analisis pola pita isozim digunakan metode elektroforesis. Data kualitatif yang meliputi warna dan alur permukaan biji dideskripsikan untuk masing- masing padi varietas Rojolele, sedangkan data kuantitatif yang terdiri dari panjang bulu biji, bentuk biji dan pola pita isozim dianalisis dengan menggunakan Hierarchical Cluster Analysis metode Average Linkage (Between Group) program SPSS 11.5.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan morfologi biji khususnya karakter panjang bulunya, padi varietas Rojolele di Kabupaten Klaten terbagi menjadi 2 (dua) kelompok, kelompok padi varietas Rojolele berbulu panjang yang terdiri dari Gledeg, Karangan dan Taji, sedang Kadilajo, Mrisen dan Trasan termasuk dalam kelompok padi varietas Rojolele berbulu pendek. Pengelompokan berdasar karakter panjang bulu padi ini didukung dari hasil analisis isozim baik Peroksidase maupun Esterase. Kelompok padi varietas Rojolele berbulu panjang memiliki 4 pita untuk isozim Peroksidase dan 4 pita untuk isozim Esterase, sedang padi varietas Rojolele berbulu pendek memiliki 5 pita untuk isozim Peroksidase dan 3 pita untuk isozim Esterase. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman morfologi biji khususnya karakter panjang bulu terjadi karena adanya faktor genetik.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. “ Tidak ada dua individu yang sama persis”. Hal ini disebabkan oleh adanya variasi organism dari spesies yang sama atau keanekaragaman spesies. Lingkungan atau faktor eksterna; seperti makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya. Baik hewan maupun tumbuhan juga mempunyai variasi yang tampak antara lain dalam bentuk, ukuran tubuh, warna dan ciri khan lainnya.
1.2.Tujuan
Mengamati dan mengenal tipe-tipe keragaman pada tanaman
1. TINJAUAN PUSTAKA
Keanekaragaman merupakan ungkapan terdapatnya beranekaragam bentuk, penampilan, densitas dan sifat yang nampak pada berbagai tingkatan organisasi kehidupan seperti ekosistem, jenis, dan genetik. Nilai keanekaragaman ditentukan dengan menggunakan angka indeks (Mangoendidjojo, 2009)
Dalam hal keanekaragaman tumbuhan, Indonesia menduduki peringkat lima besar di dunia; yaitu memiliki 38.000 spesies, 55% endemik (terdapat hanya satu tempat, tidak di temukan di tempat lain). Keanekaragaman palem (tanaman hias) di Indonesia menempati urutan pertama, mencapai 477.255 endemik. Lebih dari setengah dari seluruh spesies. Di Indonesia juga terdapat 350 pohon penghasil kayu bernilai ekonomoi penting, 155 diantaranya endemic di Kalimantan (Firmansyah, 2007).
Variasi dalam sistem biologi secara teoritis terbagi menjadi dua berdasarkan penyebabnya yaitu variasi genetik merupakan variasi yang dihasilkan oleh faktor keturunan (gen) yang bersifat kekal dan diwariskan secara turun menurun dari satu sel ke sel yang lain. Apa bila gen berubah, maka sifat sifat pun ikut berubah . Sifat sifat yang di tentukan oleh gen disebut genotipe. Hal ini dikenal sebagai pembawa. (Syamsuri,2002).
Variasi non genetik atau variasi lingkungan yaitu yang ditentukan oleh faktor lingkungan seperti cahaya,kelembaban,pH tanah dan lainnya. Keadaan faktor-faktor lingkungannya sama dengan pohon yang pertama, sekalipun demikian hasil panennya berbeda. Pengetahuan yang memadai tentang komposisi lingkunigan akan menentukan genotipe yang sesuai untuk variasi tertentu.(Welsh,1991).
2. METODE PRAKTIKUM
3.1.Tempat dan waktu
Praktikum di laksanakan di lab genetika dasar pada tanggal 5 Maret 2015 pukul 08.30 WIB.
3.2. Bahan dan Alat
· Biji Serealia (Padi, jagung manis, dan jagung putih)
· Biji Kacang-kacangan (Kedelai hitam, Kacang tanah dan Kedelai anjasmoro)
· Bunga (Hortikultura, Pangan, Bunga sempurna dan tidak sempurna)
· Alat ukur
· Kaca Pembesar
3.3.Metode Pelaksanaan Praktikum
Bahan penelitian atau preparat yang di bawa diamati dengan seksama dan teliti. Kemudian di cari dan didapatkan paling sedikit tiga ciri yang berbeda untuk suatu sifat atau karakter yang ditemukan. Setelah itu hasil yang didapatkan oleh praktikan dicatat dalam bentuk tabel keragaman dan kemudian digambar.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil pengamatan
NO
|
Karakter Yang di Amati
|
Jagung manis
|
Jagung putih
|
Padi
|
Kedelai hitam
|
Kacang tanah
|
Anjasmoro
|
Hortikultura
|
pangan
|
B.Sempurna
|
B.Tidak sempurna
|
1
|
Ukuran
|
kecil
|
kecil
|
kecil
|
keci
|
besar
|
kecil
|
kecil
|
kecil
|
besar
|
besar
|
2
|
Bentuk
|
Bulat
|
meruncing
|
bulat
|
Bulat panjang
|
Bulat panjang
|
Bulat lonjong
|
lengkap
|
lengkap
|
lengkap
|
Tidak lengkap
|
3
|
Warna
|
Kuning tua
|
Coklat muda
|
krim
|
hitam
|
Coklt muda
|
krim
|
kuning
|
Putih
|
merah
|
merah
|
4
|
Jenis biji
|
monokotil
|
monokotil
|
monokotil
|
dikotil
|
dikotil
|
dikotil
|
dikotil
|
monokotil
|
dikotil
|
dikotil
|
5
|
Tekstur
|
Kasar dan keras
|
Kasar dan keras
|
Kasar dan keras
|
Halus dan keras
|
Kasar dan keras
|
Halus dan keras
|
rapuh
|
rapuh
|
Kuat lembut
|
Kuat lembut
|
6
|
Warna putik
|
_
|
_
|
_
|
_
|
_
|
_
|
ungu
|
Putih
|
Maron
|
_
|
7
|
Warna benang sari
|
_
|
_
|
_
|
_
|
_
|
_
|
ungu
|
kuning
|
Kuning
|
_
|
8
|
Jumlah kelopak
|
_
|
_
|
_
|
_
|
_
|
_
|
5
|
_
|
5
|
8
|
4.2.Pembahasan
Keanekaragaman yang muncul sangat bervariasi dan sifat individu ditentukan oleh gen. Faktor genotife yang saling berinteraksi dengan faktor lingkungan akan memunculkan sifat yang tampak atau fenotife. Dalam praktikum ini terdapat variasi yang bersifat kuantitatif, yaitu ukuran dari pada panjang buah, lebar daun dan panjang daun dari objek yang saya amati pada praktikum ini. Keanekaragaman gen dapat memunculkan varietas. Seperti yang telah kami amati pada pereparat biji kedelai hitam, kedelai anjasmoro, kacang tanah, jagung manis, jagung puih, padi , bunga hortikultura, bunga pangan ,bunga sempurna, dan bunga tidak sempurna.
Pada pereparat biji kedelai hitam, kedelai anjasmoro, kacang tanah, jagung manis, jagung puih, padi , bunga hortikultura, bunga pangan ,bunga sempurna, dan bunga tidak sempurna. juga terdapat keragaman variasi yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Jika Dibandingkan dalam satu jenis spesies dari pereparat yang diamati, sebagai contoh panjang biji kedelai hitam dan kacang tanah berbeda. Dari perbedaan variasi tersebut dinamakan variasi kuantitatif. Sedangkan variasi kualitatif itu yang menjadi objek pengamatannya yaitu perbedaan warna, bentuk buah, dan lainnya yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka.
Pentingnya keragaman yaitu karena dengan adanya keragaman/variasi kita dapat membedakan makhluk hidup dari segi bentuk, warna, ukuran, tempat hidup, tingkah laku, bentuk interaksi, golongan darah.
kemungkinan yang menyebabkan keragaman genetic karena adanya keragaman gen, maka sifat-sifat di dalam satu spesies bervariasi atau keanekaragaman gen dapat memunculkan variasi. Contohnya pada manusia. Seorang anak kembar, keduanya tidak akan serupa atau sama persis. Pasti saja terdapat perbedaan, misalnya bulu matanya, bentuk hidunganya, tingginya,dan lain-lain walaupun mereka mempunyai gen yang sama yang berasal dari kedua orang tuanya.Contoh lain, tanaman mangga. Tanaman mangga mempunyai banyak varietas, bentuk buah yang berbeda, rasa. Tanaman mangga gadung ada yang rasanya manis dan asam, padahal satu spesies. Akan tetapi, variasi ini tidak dapat digunakan sebagai pembeda untuk memisahkan mereka dalam spesies yang berbeda.
penyebab keragaman adalah karena keanekaragaman gen dapat memunculkan variasi/keragaman. Sebab gen merupakan faktor pembawa sifat keturunan yang menentukan sifat makhluk hidup. Kalau lingkungan mempengaruhi keragaman, walaupun gennya sama tapi bila ditanam dilingkungan yang berbeda maka akan menimbulkan variasi/ keragaman. Bukan hanya itu saja, lingkungan yang tidak mendukung juga akan menimbulkan keragaman, karena lingkungan faktor yang mempengaruhinya yaitu, pH tanah, intensitas cahaya matahari, kesuburan tanah, dll.Sebagai contoh apel batu yang biasa hidup di dataran tinggi, dicangkok kemudian ditanam di Malang, yaitu kota yang lebih rendah daripada Batu. Tanaman cangkokan secara genotif sama dengan induknya. Namun karena lingkungan kota Batu berbeda dengan Malang, akan muncul tanaman Apel yang ukuran buahnya kecil dan rasanya lebih asam. Jadi, terdapat perbedaan fenotif antara apel yang ditanam di Batu dan di Malang, meskipun gennya sama.
5. KESIMPULAN
1. Gen yang sama menampakkan sifat yang berbeda karena lingkungannya berbeda.
2. Terdapat variasi yang bersifat kualitatif , yaitu warna biji, warna buah, dan bentuk buah dari pereparat yang ditemukan.
3. Dalam satu spesies atau satu jenis tanaman yang diamati terdapat perbedaan ciri tersendiri.
4. Terdapat variasi yang besifat kuantitatif, yaitu seperti panjang buah, panjang daun, dan lebar daun dari bahan praktikum yang kami amati.
5. Keanekaragaman dari bentuk , warna, ukuran akan memunculkan variasi antar spesies.
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah, Rikky. 2007. Keanekaragaman hayati di indonesia. Solo: Platinum.
Mangoendidjojo, W. 2009. Dasar-dasar pemuliaan tanaman. Bandung: Jica.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Walujo, Eko .B. 2011. Keanekaragaman Hayati Untuk Pangan. Jakarta : Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Welsh, James R.. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Erlangga.
Aslam.2015. Keanekaragaman hayati. https://aslam02.wordpress.com Di akses pada tanggal 10 Maret 2015.
LAMPIRAN
Bunga Hortikultura Bunga sempurna Bunga tidak sempurna
Bunga pangan Kedelai anjasmoro Kacang tanah
Kedelai hitam
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menyelamatkan keanekaragaman hayati berarti mengambil langkah untuk melindungi gen, species, habitat atau ekosistem. Oleh sebab itu menyelamatkan keanekaragaman hayati berarti pula mencegah merosotnya ekosistem alam yang utama dan mengelola serta melindunginya secara efektif. Disadari atau tidak bahwa keanekaragaman hayati (flora, fauna, jasad renik/mikro- organisme) adalah pusat dari semua sektor yang penting bagi kehidupan manusia (bioprospecting). Data IBSAP (2003) memperkirakan terdapat 38.000 jenis tumbuhan (55% endemik) di Indonesia, sedangkan untuk keanekaragaman hewan bertulang belakang, di antaranya 515 jenis hewan menyusui (39% endemik), 511 jenis reptilia (30% endemik), 1531 jenis burung (20% endemik), dan 270 jenis amphibi (40% endemik). Tingginya keanekaragaman hayati dan tingkat endemisme itu tadi menempatkan Indonesia sebagai laboratorium alam yang sangat unik untuk tumbuhan tropik dengan berbagai fenomenanya.( Eko B. Walujo,2011).
Keanekaragaman merupakan ungkapan terdapatnya beranekaragam bentuk, penampilan, densitas dan sifat yang nampak pada berbagai tingkatan organisasi kehidupan seperti ekosistem, jenis, dan genetik. Nilai keanekaragaman ditentukan dengan menggunakan angka indeks (Mangoendidjojo, 2009)
Keanekaragaman hayati merupakan pernyataan mengenai berbagai macam (variasi) bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang terdapat pada berbagai tingkatan makhluk hidup. Menurut UU No. 5 tahun 1994, keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan) lainnya, serta komplek-komplek Ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem. Berdasarkan definisi dari undang-undang tersebut, keanekaragaman hayati terdiri atas tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.(Aslam ,2015)
ABSTRAK
Padi unggul lokal asal Kabupaten Klaten dengan nama padi Rojolele telah dirilis oleh Departemen Pertanian pada tahun 2003. Padi tersebut merupakan salah satu padi asal Indonesia yang digunakan sebagai induk persilangan program penelitian IRRI. Hasil observasi ditemukan adanya variasi morfologi padi Rojolele yang berkembang di Kabupaten Klaten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi padi Rojolele di Kabupaten Klaten. Populasi padi yang diuji meliputi padi varietas Rojolele yang berasal desa Gledeg, Karangan, Kadilajo, Mrisen, Taji dan Trasan. Benih ke-enam padi tersebut dibudidayakan di desa Karangan Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten. Pendekatan yang digunakan meliputi morfologi biji dan pola pita isozim. Analisis pola pita isozim digunakan metode elektroforesis. Data kualitatif yang meliputi warna dan alur permukaan biji dideskripsikan untuk masing- masing padi varietas Rojolele, sedangkan data kuantitatif yang terdiri dari panjang bulu biji, bentuk biji dan pola pita isozim dianalisis dengan menggunakan Hierarchical Cluster Analysis metode Average Linkage (Between Group) program SPSS 11.5.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan morfologi biji khususnya karakter panjang bulunya, padi varietas Rojolele di Kabupaten Klaten terbagi menjadi 2 (dua) kelompok, kelompok padi varietas Rojolele berbulu panjang yang terdiri dari Gledeg, Karangan dan Taji, sedang Kadilajo, Mrisen dan Trasan termasuk dalam kelompok padi varietas Rojolele berbulu pendek. Pengelompokan berdasar karakter panjang bulu padi ini didukung dari hasil analisis isozim baik Peroksidase maupun Esterase. Kelompok padi varietas Rojolele berbulu panjang memiliki 4 pita untuk isozim Peroksidase dan 4 pita untuk isozim Esterase, sedang padi varietas Rojolele berbulu pendek memiliki 5 pita untuk isozim Peroksidase dan 3 pita untuk isozim Esterase. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman morfologi biji khususnya karakter panjang bulu terjadi karena adanya faktor genetik.
ABSTRAK
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. “ Tidak ada dua individu yang sama persis”. Hal ini disebabkan oleh adanya variasi organism dari spesies yang sama atau keanekaragaman spesies. Lingkungan atau faktor eksterna; seperti makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya. Baik hewan maupun tumbuhan juga mempunyai variasi yang tampak antara lain dalam bentuk, ukuran tubuh, warna dan ciri khan lainnya.
1.2.Tujuan
Mengamati dan mengenal tipe-tipe keragaman pada tanaman
1. TINJAUAN PUSTAKA
Keanekaragaman merupakan ungkapan terdapatnya beranekaragam bentuk, penampilan, densitas dan sifat yang nampak pada berbagai tingkatan organisasi kehidupan seperti ekosistem, jenis, dan genetik. Nilai keanekaragaman ditentukan dengan menggunakan angka indeks (Mangoendidjojo, 2009)
Dalam hal keanekaragaman tumbuhan, Indonesia menduduki peringkat lima besar di dunia; yaitu memiliki 38.000 spesies, 55% endemik (terdapat hanya satu tempat, tidak di temukan di tempat lain). Keanekaragaman palem (tanaman hias) di Indonesia menempati urutan pertama, mencapai 477.255 endemik. Lebih dari setengah dari seluruh spesies. Di Indonesia juga terdapat 350 pohon penghasil kayu bernilai ekonomoi penting, 155 diantaranya endemic di Kalimantan (Firmansyah, 2007).
Variasi dalam sistem biologi secara teoritis terbagi menjadi dua berdasarkan penyebabnya yaitu variasi genetik merupakan variasi yang dihasilkan oleh faktor keturunan (gen) yang bersifat kekal dan diwariskan secara turun menurun dari satu sel ke sel yang lain. Apa bila gen berubah, maka sifat sifat pun ikut berubah . Sifat sifat yang di tentukan oleh gen disebut genotipe. Hal ini dikenal sebagai pembawa. (Syamsuri,2002).
Variasi non genetik atau variasi lingkungan yaitu yang ditentukan oleh faktor lingkungan seperti cahaya,kelembaban,pH tanah dan lainnya. Keadaan faktor-faktor lingkungannya sama dengan pohon yang pertama, sekalipun demikian hasil panennya berbeda. Pengetahuan yang memadai tentang komposisi lingkunigan akan menentukan genotipe yang sesuai untuk variasi tertentu.(Welsh,1991).
2. METODE PRAKTIKUM
3.1.Tempat dan waktu
Praktikum di laksanakan di lab genetika dasar pada tanggal 5 Maret 2015 pukul 08.30 WIB.
3.2. Bahan dan Alat
· Biji Serealia (Padi, jagung manis, dan jagung putih)
· Biji Kacang-kacangan (Kedelai hitam, Kacang tanah dan Kedelai anjasmoro)
· Bunga (Hortikultura, Pangan, Bunga sempurna dan tidak sempurna)
· Alat ukur
· Kaca Pembesar
3.3.Metode Pelaksanaan Praktikum
Bahan penelitian atau preparat yang di bawa diamati dengan seksama dan teliti. Kemudian di cari dan didapatkan paling sedikit tiga ciri yang berbeda untuk suatu sifat atau karakter yang ditemukan. Setelah itu hasil yang didapatkan oleh praktikan dicatat dalam bentuk tabel keragaman dan kemudian digambar.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil pengamatan
NO
|
Karakter Yang di Amati
|
Jagung manis
|
Jagung putih
|
Padi
|
Kedelai hitam
|
Kacang tanah
|
Anjasmoro
|
Hortikultura
|
pangan
|
B.Sempurna
|
B.Tidak sempurna
|
1
|
Ukuran
|
kecil
|
kecil
|
kecil
|
keci
|
besar
|
kecil
|
kecil
|
kecil
|
besar
|
besar
|
2
|
Bentuk
|
Bulat
|
meruncing
|
bulat
|
Bulat panjang
|
Bulat panjang
|
Bulat lonjong
|
lengkap
|
lengkap
|
lengkap
|
Tidak lengkap
|
3
|
Warna
|
Kuning tua
|
Coklat muda
|
krim
|
hitam
|
Coklt muda
|
krim
|
kuning
|
Putih
|
merah
|
merah
|
4
|
Jenis biji
|
monokotil
|
monokotil
|
monokotil
|
dikotil
|
dikotil
|
dikotil
|
dikotil
|
monokotil
|
dikotil
|
dikotil
|
5
|
Tekstur
|
Kasar dan keras
|
Kasar dan keras
|
Kasar dan keras
|
Halus dan keras
|
Kasar dan keras
|
Halus dan keras
|
rapuh
|
rapuh
|
Kuat lembut
|
Kuat lembut
|
6
|
Warna putik
|
_
|
_
|
_
|
_
|
_
|
_
|
ungu
|
Putih
|
Maron
|
_
|
7
|
Warna benang sari
|
_
|
_
|
_
|
_
|
_
|
_
|
ungu
|
kuning
|
Kuning
|
_
|
8
|
Jumlah kelopak
|
_
|
_
|
_
|
_
|
_
|
_
|
5
|
_
|
5
|
8
|
4.2.Pembahasan
Keanekaragaman yang muncul sangat bervariasi dan sifat individu ditentukan oleh gen. Faktor genotife yang saling berinteraksi dengan faktor lingkungan akan memunculkan sifat yang tampak atau fenotife. Dalam praktikum ini terdapat variasi yang bersifat kuantitatif, yaitu ukuran dari pada panjang buah, lebar daun dan panjang daun dari objek yang saya amati pada praktikum ini. Keanekaragaman gen dapat memunculkan varietas. Seperti yang telah kami amati pada pereparat biji kedelai hitam, kedelai anjasmoro, kacang tanah, jagung manis, jagung puih, padi , bunga hortikultura, bunga pangan ,bunga sempurna, dan bunga tidak sempurna.
Pada pereparat biji kedelai hitam, kedelai anjasmoro, kacang tanah, jagung manis, jagung puih, padi , bunga hortikultura, bunga pangan ,bunga sempurna, dan bunga tidak sempurna. juga terdapat keragaman variasi yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Jika Dibandingkan dalam satu jenis spesies dari pereparat yang diamati, sebagai contoh panjang biji kedelai hitam dan kacang tanah berbeda. Dari perbedaan variasi tersebut dinamakan variasi kuantitatif. Sedangkan variasi kualitatif itu yang menjadi objek pengamatannya yaitu perbedaan warna, bentuk buah, dan lainnya yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka.
Pentingnya keragaman yaitu karena dengan adanya keragaman/variasi kita dapat membedakan makhluk hidup dari segi bentuk, warna, ukuran, tempat hidup, tingkah laku, bentuk interaksi, golongan darah.
kemungkinan yang menyebabkan keragaman genetic karena adanya keragaman gen, maka sifat-sifat di dalam satu spesies bervariasi atau keanekaragaman gen dapat memunculkan variasi. Contohnya pada manusia. Seorang anak kembar, keduanya tidak akan serupa atau sama persis. Pasti saja terdapat perbedaan, misalnya bulu matanya, bentuk hidunganya, tingginya,dan lain-lain walaupun mereka mempunyai gen yang sama yang berasal dari kedua orang tuanya.Contoh lain, tanaman mangga. Tanaman mangga mempunyai banyak varietas, bentuk buah yang berbeda, rasa. Tanaman mangga gadung ada yang rasanya manis dan asam, padahal satu spesies. Akan tetapi, variasi ini tidak dapat digunakan sebagai pembeda untuk memisahkan mereka dalam spesies yang berbeda.
penyebab keragaman adalah karena keanekaragaman gen dapat memunculkan variasi/keragaman. Sebab gen merupakan faktor pembawa sifat keturunan yang menentukan sifat makhluk hidup. Kalau lingkungan mempengaruhi keragaman, walaupun gennya sama tapi bila ditanam dilingkungan yang berbeda maka akan menimbulkan variasi/ keragaman. Bukan hanya itu saja, lingkungan yang tidak mendukung juga akan menimbulkan keragaman, karena lingkungan faktor yang mempengaruhinya yaitu, pH tanah, intensitas cahaya matahari, kesuburan tanah, dll.Sebagai contoh apel batu yang biasa hidup di dataran tinggi, dicangkok kemudian ditanam di Malang, yaitu kota yang lebih rendah daripada Batu. Tanaman cangkokan secara genotif sama dengan induknya. Namun karena lingkungan kota Batu berbeda dengan Malang, akan muncul tanaman Apel yang ukuran buahnya kecil dan rasanya lebih asam. Jadi, terdapat perbedaan fenotif antara apel yang ditanam di Batu dan di Malang, meskipun gennya sama.
5. KESIMPULAN
1. Gen yang sama menampakkan sifat yang berbeda karena lingkungannya berbeda.
2. Terdapat variasi yang bersifat kualitatif , yaitu warna biji, warna buah, dan bentuk buah dari pereparat yang ditemukan.
3. Dalam satu spesies atau satu jenis tanaman yang diamati terdapat perbedaan ciri tersendiri.
4. Terdapat variasi yang besifat kuantitatif, yaitu seperti panjang buah, panjang daun, dan lebar daun dari bahan praktikum yang kami amati.
5. Keanekaragaman dari bentuk , warna, ukuran akan memunculkan variasi antar spesies.
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah, Rikky. 2007. Keanekaragaman hayati di indonesia. Solo: Platinum.
Mangoendidjojo, W. 2009. Dasar-dasar pemuliaan tanaman. Bandung: Jica.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Walujo, Eko .B. 2011. Keanekaragaman Hayati Untuk Pangan. Jakarta : Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Welsh, James R.. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Erlangga.
Aslam.2015. Keanekaragaman hayati. https://aslam02.wordpress.com Di akses pada tanggal 10 Maret 2015.
LAMPIRAN
Bunga Hortikultura Bunga sempurna Bunga tidak sempurna
Bunga pangan Kedelai anjasmoro Kacang tanah
Kedelai hitam
Komentar
Posting Komentar